Beranda | Liat sesuatu? Sign In | New here? Sign Up | Log out

Terapi Sukses MENAHAN MARAH

/ Pada Pukul : 12:35 AM/ Terima kasih telah mengunjungi blog saya ini. Jika Anda ingin berdiskusi atau memiliki pertanyaan seputar artikel ini, silahkan hubungi saya dan jangan lupa tinggalkan komentarnya,Trimakasih.
Memang siapapun tidak pernah lepas dari sikap marah. Ia merupakan respon lumrah dari ketidaksesuaian antara kemauan diri dengan apa yang terjadi di luar. Setiap kali keadaan diluar tidak menyenangkan,saat itu sikap marah bisa terpicu.
Namun sikap marah tak selalu harus dihindari. Kita hanya butuh kemampuan bernegoisasi dengan diri kita sendiri, untuk menentukan kapan marah itu harus diredam dan kapan boleh dikeluarkan secara wajar.
Rosululloh paling hebat dalam hal urusan mengelola marah. Saat beliau mendengar seorang sahabat dalam sebuah peperangan membunuh orang kafir yang bersyahadat, meski syahadatnya terpaksa karena nyawanya terancam, beliau marah. “Kenapa tak kau belah saja dadanya agar kau tahu dia berbohong dengan syahadatnya atau tidak!”, ucap beliau. Tapi suatu saat lain, seorang badui menarik dengan keras baju beliau hingga beliau hampir terjungkal. Leher mulia beliau tercekik oleh kerah jubahnya sendiri. Hampir saja Umar menebas leher badui kurang ajar itu, kalau nabi tak menahannya. Beliau tidak marah bahkan menyerahkan jubah yang diminta secara kasar oleh badui tersebut. Subhanalloh…
Untuk meredam amarah, kita harus bisa memadamkan api yang menyulut tungku hati lalu mendinginkannya. Berikut adalah beberapa cara untuk memadamkan api dalam diri. Pahami dan resapilah terapi berikut semumpung kita dalam keadaan tenang seperti sekarang. Karena kalau sudah dalam keadaan marah, otak kita terlalu keras untuk menyerap nasehat-nasehat sejuk berikut ini :

Berdoa Kepada Alloh dan Berdzikir
Resep pertama adalah berlindung kepada Alloh dari mahluk penyulut api amarah, Iblis laknatullah. Bacalah ta’awudz, A’udzubillahi minashsyaitoonirrojiim. Suatu ketika dua orang saling mengejek didekat Nabi SAW, lalu salah seorang darinya mulai marah. Nabi SAW memandang kepadanya, dan berkata, “Sungguh aku ingin mengajari suatu ucapan yang seandainya ia ucapkan tentu hal itu (kemarahannya) akan hilang darinya. Yaitu aku berlindung kepada Alloh dari godaan setan yang terkutuk.” (Riwayat Muslim).
Semoga juga ketika akan marah, kita masih bisa mengingat Alloh. Beristigfarlah, atau bertasbihlah memuji Alloh. Karena dengannya kita bisa menenangkan hati.

Saat marah, sadarilah bahwa anda sedang marah
Inilah yang pertama harus ada dalam diri kita saat marah. Yaitu sadar betul bahwa kita sedang marah. Saat marah, kitalah yang harus menguasai api amarah tersebut dan bukan sebaliknya, kita malah yang dikuasai. Ketika kita sadar dengan sesadar-sadarnya bahwa kita sedang marah, maka kita bisa mengontrol kata dan sikap kita. Ibarat api di dalam kompor, api itu bisa kita atur seberapa besar kobarannya. Nyala api marah kita sesuaikan dengan tingkat ketidakbenaran yang ingin kita luruskan.
Saat anda sanggup menguasai marah, anda bisa membedakan seberapa “dosis” marah yang akan anda keluarkan. Marah kepada anak, tentu beda dengan marah kepada orang dewasa. Marah kepada karyawan yang terlambat, tentu berbeda dengan marah kepada karyawan yang ketahuan mencuri. Ibarat control volume, kitalah sang operator yang tahu bagaimana mengatur kapan volume dikeraskan dan kapan dikecilkan.
Sebaliknya, orang-orang yang sampai tidak menyadari kemarahannya, akan dipermainkan nafsu untuk berbuat lebih keras lagi. Semakin besar marah, semakin ia susah menghentikan. Apalagi bila respon dari obyek marah tak sesuai yang diinginkan. Perkataan tidak jujur, fitnah, intimidasi fisik bahkan pembunuhan, sering terjadi lantaran orang yang marah tidak sadar bahwa dirinya sedang marah.

Jangan Gadaikan Kedudukan di hadapan Alloh
Marah dapat lebih mudah di redam dengan cara berpikir keutamaan menahannya, keutamaan memberi maaf,keutamaan berlemah lembut, dan keutamaan menguasai diri yang Alloh dan Rasulnya sudah sampaikan kepada kita. Dalam Al-Qur’an disebutkan, adalah sebuah kebajikan orang-orang yang senantiasa menahan amarahnya. Alloh SWT berfirman,”(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Alloh menyukai orang-orang yang berbuat kebajiakan.” (QS. Ali Imran : 134)
Rosulluloh bersabda : “Barangsiapa yang menahan amarahnya sedangkan ia sanggup untuk melampiaskannya, (kelak di hari kiamat) Alloh akan memanggilnya di hadapan para makhluk-Nya hingga menyuruhnya memilih salah satu dari bidadari surga, dan menikahkannya dengan hamba tersebut sesuai dengan kemauannya” (HR. Tirmidzi dan Ibnu majah).
Disebutkan dalam hadist Bukhari, dari Hadist Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘Anhuma, bahwasannya seseorang meminta izin untuk bertemu dengan Umar bin Khatab dan ia pun di izinkan. Namun diluar dugaan ia berkata, ‘Wahai Ibnu Khatab, demi Alloh, engkau tidak memberi kami secara adil.” Selepas mendengarnya, sepontan saja wajah Umar memerah. Marah. Bahkan hampir saja memukulnya. Al-Hurr bin Qais pun angkat bicara: “Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya Alloh berfirman kepada Nabi, “- Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh- (QS.Al-A’raff : 199).”
Maka, setelahh ayat tersebut dibacakan, Umar mengurung niatnya dan pikirannya menerawang terhadapmu Al-Qur’an. Umar tak jadi marah karena beliau memikirkan keutamaan menahan marah dan memaafkan.

Tentukan Level marah dan dengan skala
Bila memang terpaksa anda harus marah, maka tentukan level marah. Yang demikian supaya kita tidak berlebihan sehingga cenderung mendzalimi. Ataupun supaya tidak terlalu halus sehingga membuat subjek menganggap remeh kesalahan yang dia perbuat.
Buatlah skala marah misalkan 1 sampai 10. Semakin tinggi nilai semakin besar kemarahan yang perlu anda tunjukkan. Katakanlah, nilai satu berarti anda hanya bicara pelan, tidak marah tapi lebih pada menasehati. Sedang 10, misalkan disini anda akan “berakting” lebih serius dan keras lagi.
Selanjutnya buatlah skala bobot kesalahan mulai dari 1 sampai 10. Setelah anda buat keduanya, anda bisa menjadikannya pedoman menentukan level berapa kesalahannya. Selanjutnya tinggal anda “obati” dia dengan “gaya” marah pada level yang sama.
Tapi ingat, berkomitmenlah untuk tidak berubah dari level yang kita tetapkan. Pengalaman yang terjadi, di tengah “lancar-lancar”-nya memarahi kita terpancing untuk menaikkan level marah sehingga bukan lagi membuat subjek tersadarkan malah merasa dirinya didzalimi. Bila terjadi begitu, dia akan menolak dan bisa jadi melakukan perlawanan.
Maka sebaiknya jangan memanjang-manjangkan pembicaraan. Segera selesaikan. Karena setan nun dekat disana, sedang mencari celah untuk menjerumuskan diri kita dengan memanfaatkan marah.

Marah dengan diam, lebih Aman
Tak diragukan lagi, dosa yang paling riskan muncul saat marah adalah berasal dari perkataan. Saat marah sangat gampang seseorang mengeluarkan kata-kata hinaan, kata-kata jorok, kebohongan, bahkan ucapan yang menjurus syirik. Maka dengan diam kita lebih selamat. Saat-saat seperti inilah barangkali diam itu benar-benar menjadi emas.Rosululloh bersabda, “Apabila salah seorang di antara kamu marah, maka diamlah!” (Riwayat Ahmad)
Bila anda ingin marah, silahkan katakan apa yang ingin anda katakan. Selanjutnya diam. Bila ingin berkata lebih banyak lagi, ingat-ingatlah bahaya lisan.

Mengganti Posisi
Dahulu, teori perilaku manusia mengatakan bahwa “Sikap Mempengaruhi Perilaku”. Bila anda bersikap meremehkan orang, maka mata yang memincing, mulut yang mencibir seketika Nampak diwajah Anda. Bila sikap kita tenang, maka wajah kita akan ikut berbinar dan kata-kata kita akan meluncur dengan semangat.
Sekarang, dalam teori NLP (Neuro Linguistik Program) menyebutkan bahwa teori itu bisa berlaku kebalikan. Bahwa fisiologi mempengaruhi emosi. Bahwa “Perilaku juga akan mempengaruhi sikap”. Bila kita ingin bahagia sepanjang hari, maka berperilakulah sebagaimana orang bahagia. Senyum, menyapa setiap orang, bercanda, atau berjalan dengan cepat. Maka perilaku tersebut akan mempengaruhi sikap dan suasana hati kita menjadi bahagia, hatta tadi pagi kita sempat sedih lantaran berselisih dengan seseorang.
Maka betapa hebatnya nabi. Jauh sebelum teori NLP itu ditemukan, nabi sudah mengajarkan kepada kita. Nabi bersabda, “Maka apabila salah seorang diantaramu marah dalam keadaan berdiri,duduklah, dan apabila dalam keadaan duduk,berbaringlah!” (Riwayat Abu Daud)
Ubahlah perilaku, maka sikap marah anda akan berubah.

Berwudhu
Inilah pamungkasnya. Apabila kita dalam keadaan marah, maka pergilah mengambil wudhu. Rosululloh bersabda : “Sesungguhnya marah itu dari setan dan setan itu dari api, dan api hanya bisa dipadamkan oleh air. Oleh karena itu, apabila seorang diantara kamu marah, maka berwudhu’lah!” (Riwayat Abu Daud)
Ada dua hal mengapa wudhu menjadi solusi efektif meredam marah. Pertama dan yang utama, karena keutamaan uluhiah (rahmat Alloh) yang diturunkan dalam wudhu. Wudhu berbeda dengan cuci muka. Di dalam wudhu ada ibadah. Ketika orang berwudhu maka tak hanya fisiknya yang suci melainkan ruhaniahnya pula.
Kedua, ketika kita berwudhu, maka sesungguhnya kita sedang mengalihkan perhatian. Kita sedang menjauhi lokasi dan obyek kemarahan menuju kamar mandi atau tempat wudhu. Maka secara otomatis amarah kita akan menurun. Wallahu A’lam Bisshowab…

0 komentar:

Post a Comment

Featured Video

Artikel Terbaru

Archive